Gara-Gara Facebook, 4 Siswi Di-DO

Bookmark and Share

Empat siswi SMAN 2 Kota Probolinggo mendapat sanksi berat. Hanya gara-gara update status dan berkomentar soal sekolahnya di jejaring sosial facebook (fb), empat siswi kelas XI itu di-DO (drop out), atau bahasa versi sekolah: dikembalikan kepada orang tuanya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, empat siswi yang telah di-DO itu adalah Dv, Dn, Mg dan As. Ceritanya, Jumat (30/7) lalu Dv bikin status di facebook. Isinya, Dv mengeluhkan kejadian-kejadian di sekolahnya.

Misalnya, helm hilang di parkiran sekolah, jok motor disilet, bahkan sepatu di musala disilet. Peristiwa itu sudah dilaporkan ke pihak kesiswaan sekolah. Tapi, dalam statusnya, Dv menyebut pihak sekolah tak memberi respons. Lalu status Dv dikomentari teman-temannya:

Terjadilah percakapan, antara lain seperti ini:

"eo . cremett aq di (nama pengomentar sebelumnya) . helm.e hani td d silet ! Tp ga ad respond dr skola (baca: Iya jengkel aku. Helmnya Hani tadi disilet! Tapi tidak ada respond dari sekolah, Red)".

Kemudian muncul komentar "koq iso jare .. ? pancenne skolah iki.. ati2 helmu mari ngono.. (baca: kok bisa? Emang sekolah ini.. Hati-hati helm kamu sebentar lagi, Red)."

Disahuti lagi, "tao rah . cremedd aq ! hu.umb , qu pisand nyesell mlbu skola ikie . hha , tag gowo ng kLas ae wz . :D (baca: tidak tahulah. Jengkel aku. Iya aku juga menyesal masuk sekolah ini. Hha tak bawa ke kelas saja kalau begitu)."

Komentar berikutnya, "spatuku di silet yo meneng tok iki skola (baca: sepatuku disilet sekolah ya diam saja)".

Dv dan sejumlah temannya di status itu bercakap bebas khas anak remaja. Intinya mereka kecewa pada kejadian-kejadian di sekolahnya. Sayangnya, dalam percakapan itu memang ada beberapa ungkapan yang terdengar kasar. Misalnya "skola tak brtanggung jawaB + keparatt !" ada pula ungkapan "gobLOk soro!". Lalu juga ada ungkapan menuding pihak kesiswaan, "Ksiswaan doyan duek".

Rupanya, percakapan Dv dan teman-temannya di fb itu diketahui pihak SMAN 2 hingga kebakaran jenggot. Senin (2/8) lalu, dari sekitar 7 pelajar yang ikut bercakap-cakap di fb, 4 di antaranya (Dv, Dn, Mg dan As) berikut orang tuanya dipanggil pihak sekolah.

Para wali murid tersebut diberi penjelasan tentang kesalahan yang sudah diperbuat oleh siswi-siswi tersebut. Pertemuan itu tidak dalam satu forum, tapi satu per satu secara bergantian. Saat itu pula pihak sekolah menyatakan mengembalikan Dv, Dn, Mg dan As kepada orang tuanya.

Saat dikonfirmasi Radar Bromo kemarin, Humas SMAN 2 Mohamad Zaini membenarkan adanya peristiwa tersebut. Namun SMAN 2 menolak jika sudah memecat atau men-DO empat siswinya. Mereka hanya mau jika disebutkan bahwa siswi-siswi tersebut dikembalikan kepada orangtuanya dan dipersilahkan mencari sekolah lain.

SMAN 2 punya alasan sendiri yang mendasari keputusan tersebut. "Itu (komentar di fb) pelanggaran etika. Kami cukup toleransi. Sekarang sedang proses, karena belum semua mendapat sekolah. Kami ingin mereka mendapat sekolah seperti yang lain," jelas Zaini.

Zaini menegaskan, apa yang dilakukan empat siswi itu hanya kesalahan etika yang bisa diperbaiki. "Ini pembelajaran untuk anak-anak. Di internet itu tidak boleh mencemooh atau fitnah. Kami sudah sampaikan di pelajaran IT (informasi teknologi) risiko penggunaan dunia maya atau internet," tuturnya.

Di dalam fb tersebut, kata Zaini, mereka melampiaskan kejengkelan dan curhat sembarangan. Oleh sebab itu, sekolah mengambil sikap demikian sebagai pembelajaran dan ditindak.

Zaini menuturkan, awalnya pihak sekolah tidak mengetahui tentang status fb itu. "Ada orang lainlah. Kami ini sudah canggih. Apa yang dilakukan anak-anak kami pantau," cetusnya.

Lalu, apakah benar memang terjadi peristiwaa-peristiwa seperti yang dikeluhkan di status Dv? Jok motor dan sepatu disilet serta banyak kehilangan helm? "Siswa di SMAN 2 ini jumlahnya 600 sekian. Ya hanya itu-itu saja. Sebagai pendidik kami harus memberikan etika. Sebagai bentuk tanggung jawab, biarkan mereka dapat sekolah dulu," jawab Zaini, saat ditemui di depan ruang TU kemarin.

SMAN 2 sudah kukuh dengan keputusan itu. Tapi, saat disinggung soal jumlah siswa yang dikembalikan kepada orangtuanya, Zaini tidak dapat berkomentar. Ada banyak siswa yang saling berkomentar, tetapi yang dikembalikan ke orang tua hanya empat siswi.

"Masih dalam proses, nanti saja dijelaskan menunggu kepala sekolah. (kemarin kepala SMAN 2 sedang berada di Bandung). Percakapan itu sahut-sahutan, anak-anak kan begitu. Seharusnya orang tua itu sensitif," ungkap dia.

Dalam proses pengembalian para murid itu, kata Zaini, ada surat pernyataan pengunduran diri yang ditandatangani oleh wali murid. Dan itu sudah dibuat tanpa tekanan dari siapapun.

Namun, sempat beredar informasi, pihak sekolah sempat menyebutkan bahwa atas komentar para siswi itu mereka bisa dikenakan kasus hukum karena mencemarkan nama baik dengan tuntutan Rp 1 M.

Tapi, kemarin Zaini menyangkal informasi itu. "Tidak ada itu. Orang tua secara kasat mata tidak tahu, kami sampaikan sesuai aturan. Tidak ada pemaksaan dalam tanda tangan," kilahnya.

Saat memanggil wali murid ke sekolah, kebanyakan wali murid sudah mengetahui apa yang menjadi permasalahan. Zaini bilang ada wali murid yang diam saja atau ada yang merasa jengkel sendiri dengan anaknya. "Orang tua siswi sudah memahami kok. Bahkan mereka senyum kepada saya dan berterima kasih. Ada yang sudah mengambil rapot tadi (kemarin)," terangnya.

Kemarin saat Radar Bromo datang mengonfirmasi masalah ini di SMAN 2, ada kesulitan ketika meminta identitas empat siswi yang dikembalikan kepada orang tuanya. Zaini menutup-nutupi identitas dan berdalih menunggu kepala sekolahnya pulang.

Lalu sempat datang seorang guru yang tiba-tiba berkata-kata dengan nada tak bersahabat. Dia ternyata guru yang dirasani di fb. "Kalau sampean cinta anak bangsa, jangan diberitakan," kata guru itu dengan nada suara meninggi.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Maksum Subani mengaku sudah mendengar permasalahan itu. Rabu (4/8) lalu ia bersama sejumlah kabid di Dinas Pendidikan mendatangi SMAN 2. Katanya, sekolah masih menyimpan data isi-isi komentar lalu dipresentasikan ke dirinya.

"Bagaimana ya, seorang siswa bisa berkata seperti itu (di facebook). Sanksi (mengembalikan ke orang tua) ini adalah sanksi yang mendidik. Saya serahkan semua keputusan kepada sekolah. Kalau tidak ada sanksi, malah nanti semakin banyak," ujar Maksum.

Apakah harus dengan cara mengeluarkan siswa dari sekolah? "Itu mendidik. Sekolah ya bisa mengeluarkan. Sekian banyak guru dilecehkan. Memang kecanggihan teknologi ini ada positif dan negatifnya. Jangan sampai guru gagap teknologi," bebernya.

Setelah kejadian ini, Maksum Subani menegaskan pihaknya bakal melakukan pembinaan secara khusus kepada guru dan pengurus OSIS di SMAN 2. "Sesuatu itu memang tidak semua salah murid, bisa saja gurunya yang teledor. Pokoknya saya akan melakukan pembinaan khusus di sana," janjinya.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger